Fajar Sandhika dan timnya melawan api yang melahap ladang ilalang di Rawa Kadut, Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Hasil kerja mereka berhasil menyelamatkan program reforestasi 100 hektare dengan sekitar 20 ribu pohon.
A sap mengepul di arah reforestasl Rawa Kadut, Taman Naslonal Way Kambas, Lampung, 9 Agustus 2015. Saat ltu, jarum Jam menunjuk angka sembilan. Fajar Sandhika, Koordinator Komponen Reforestasl Yayasan Silvagama, dan Arum Mutasim, yang sedang berada dl pondok, bergegas mengecek ke lokasi titik api. Dengan sepeda motor, mereka menyusuri jalan setapak yang membuJur di sela sela rimbunnya ilalang.
Sesampai mereka di lokasi, analisls sementara dilakukan: api bergerak ke arah barat, diperkirakan akan melewati daerah di seberang Sungai Kadut yang berada di belakang pondok. Lantaran angin belum terlalu besar, rambatan api ditaksir mencapai kawasan belakang pondok selepas pukul 12.00. Anallsis kelar, Fajar dan Arum segera menggeber kembali sepeda motor menuju pondok.
“Sesampai di pondok, kami bagi tugas,”kata Fajar menceritakan kembali peristiwa itu kepada Tempo di pondok Rawa Kadut, awal Desember lalu. Tiga orang diminta menghadang api di daerah belakang pondok dengan memanfaatkan jalur atau jalan logistik sebagai sekat bakar. Adapun fajar dan arum akan ke kampung terdekat, Bungur, untuk mencari tambahan tenaga, plus berkoordinasi dengan petugas di Seksii Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) II Bungur.
Polisi Hutan Pelaksana Lanjutan, Koordinator Pemadam Kebakaran Taman Nasional Way Kambas.
ON the way back, they saw that the fire was some four kilometers from the Mataram camp belonging to AleRT, the Integrated Forest Conservation Alliance. This meant that in less than three hours, the fire had spread seven kilometers from the spot they had first seen.
The team fought the fire with water pumps and branches cut from trees. The fire was finally out by 5:15pm. They also succeeded in putting out a fire on 2.5 hectares of reforestation area. Exhausted, when they got back at around 8:45pm, another fire was spotted east of the camp. The team went right back to work, extinguishing the fire some 45 minutes later.
Anggota tim Fajar saat memadamkan api di Rawa Kadut, Taman Nasional Way Kambas, Lampung, 9 Agustus 2015
“Tanaman kami edisi pertama sempat dilalap api tahun lalu,” ujar Timer Manurung, pendiri Silvagama-kini bernama Auriga Nusantara. Kebakaran memang biasa terjadi di kawasan ini. Salah satu penyebabnya adalah pembakaran oleh orang tak bertanggung jawab agar ilalang hijau tumbuh pasca·kebakaran dan memancing satwa keluar sehingga gampang diburu. Timer pun mengirim Fajar untuk melakukan penanaman kembali, plus tugas baru: menghalau api jika ada kebakaran. Fajar bertugas sejak November 2014.
Saat tiba di lokasi, Fajar tak menunggu datangnya kebakaran. Dia bersama timnya segera membuat sekat bakar sepanjang satu kilometer dengan lebar 30 meter di Rawa Kadut, Desember 2014. Sekat bakar adalah lahan yang dibersihkan dari berbagai tanaman sehingga menghambat laju api Jika terjadi kebakaran. “Saya tak mau api menghanguskan lagi hampir semua tanaman kami seperti tahun lalu.”
Sekat bakar inilah yang bermanfaat ketika sumber daya mereka terbatas saat api menyerbu. Itu misalnya terjadi pada 3-4 0ktober Lalu, ketika kebakaran kembali melanda kawasan Rawa Kadut, sejak pukultiga sore. Fajar, Arum, dan tim berusaha memadamkannya. Namun, lantaran api begitu besar, plus menimbang kemampuan personel dan alat, diputuskan menahan api dijalur sekat bakar agar api tak memasuki area reforestasi. Hari itu, tim bekerja hingga pukul dua dini hari.Sekitar pukul 10.00, api kembali terlihat di sisi barat pondok, tapi dapat segera dipadamkan.
Tempat dan tanggal lahir: Pandeglang, 22 Februari 1986
Pendidikan:Fakultas Informatika dan Komputer Universitas Mathla’ul Anwar Banten (masih ditempuh)
Organisasi:Pelajar Rimba Pecinta Alam (Primapala) SMA Negeri 4 Pandeglang, 2005
Himpunan Mahasiswa Lestari Alam (Himala) Universitas Mathla’ul Anwar Banten
Yayasan Auriga Nusantara (sebelumnya Yayasan Silvagama), 2011-sekarang
Koordinator Program TFCA-Sumatera Konsorsium AleRT.
“Kerja dengan Fajar enak-enak saja, koordinasi bagus,” kata Arum, pekerja yang selama ini menjadi penghubung Fajar dengan warga Bungur. Ihwal ini diakui pula oleh Suharno, Polisi Hutan Pelaksana Lanjutan selaku Koordinator Pemadam Kebakaran Taman Naslonal Way Kambas; Rama Budhiana, Koordinator Program TFCA-Sumatera Konsorslum AleRT; dan Mukhlisin, Kepala Seksi Wilayah II Way Bungur.
“Tiap pekan ada empat-lima orang kami bersama mereka (Fajar cs) menjaga keamanan dan menangani masalah jika ada kebakaran,” ujar Mukhlisin, “Keberadaan Fajar dan tim sangat membantu.” Total lahan yang terbakar di Way Bungur pada Agustus lalu sekitar 1.500 hektare, sedangkan pada Oktober mencapai 2.000 hektare. Selain sukses memadamkan api, gerak cepat Fajar dan kawan-kawan berhasil menyelamatkan sekitar 20 ribu tanaman puspa, sungkai, dan jambon yang ditanam Silvagama di jalur tanam seluas 22,8 hektare.
Memulihkan ekosistem Way Kambas sehingga menjadi habitat yang aman dan nyaman bagi satwa setempat, seperti gajah, harimau, badak.