Situs ini dibangun dan dikelola oleh Auriga Nusantara sebagai pemenuhan salah satu misinya, yaitu mempromosikan aksi pelestarian keragaman hayati dan ekosistem. Situs ini memuat aktivitas konservasi yang dilaksanakan Auriga di Taman Nasional Way Kambas. Di dalam taman nasional ini, Auriga bersama Balai Taman Nasional Way Kambas berupaya memulihkan kawasan terdergradasi dengan mengembalikan tutupan ilalang saat ini ke tutupan hutan sebagaimana beberapa dekade lalu.
Awalnya, pada 2013 - 2016, kegiatan restorasi ekosistem yang dilaksanakan oleh Auriga di Way Kambas merupakan bagian dari Konsorsium ALERT - Unila berupa restorasi pada 100 hektare di Rawa Kadut, salah satu areal di Resort Toto Projo Wilayah Seksi 2 Taman Nasional Way Kambas, melalui dukungan pendanaan dari TFCA Sumatera. Setelah konsorsium berakhir, melalui penjanjian kerja sama dengan Balai Taman Nasional Way Kambas, Auriga memperluas area restorasi ini hingga mencakup areal seluas 1.250 hektare dengan pendanaan sepenuhnya dari internal.
Karena api menjadi ancaman terbesar keberhasilan pemulihan, Auriga menaruh perhatian sangat besar terhadap pengendaliannya. Sekat bakar selebar 30 m dibangun baik di batas luar area restorasi juga di dalamnya. Sekat bakar di batas luar dirancang sebagai benteng utama penghalau api dari luar, sementara di bagian dalam dirancang sebagai "pengelolaan" bahan bakar sehingga kalau pun api bisa masuk, atau ada kebakaran di dalam area restorasi, tidak menghabiskan seluruhnya karena telah terisolir oleh sekat-sekat bakar yang ada.
Kegiatan restorasi ini tidak hanya menanam, tapi juga melindungi kawasan dari ancaman, terutama kebakaran yang relatif tinggi. Karena itu, salah satu kegiatan utama adalah pengendalian kebakaran, termasuk membangun sekat bakar agar api terhalang masuk area restorasi. Atau, kalau pun masuk, tidak menghabiskan permudaan yang sedang dilakukan. Tidak hanya itu, edukasi dan penggalangan partsipasi publik juga dilakukan.
Keseluruhan inilah yang kami namai Restorasi Kadut. Selain mengembalikan tutupan hutan, restorasi ini diharapkan membangun konektivitas tutupan hutan di Way Kambas sehingga memperluas habitat flagship species-nya.
Tim Lapangan
Petrus Basuki
Setelah hampir dua dekade malang-melintang melakukan restorasi di kitaran Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, pada tahun 2019 alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman ini bergabung dengan Auriga Nusantara. Alasannya saat itu adalah ingin dekat dengan keluarga, karena mulai khawatir anak-anaknya akan memanggilnya dengan "Om".
Namun, sering berada dalam hutan sepertinya sudah menjadi DNA-nya, sehingga ketika dia mengetahui Auriga memiliki kegiatan restorasi di Way Kambas tanpa pikir panjang dia langsung menawarkan diri terlibat di sana. Salah satu tokoh dalam film Kinipan garapan Watchdoc Documentary ini pun lantas menjadi Team Leader Tim Restorasi Kadut.
"Hutan agamaku, menanam ibadahku," begitu jawabannya bila ditanya apa yang membuatnya senang berada dalam hutan.
Arum Mutasim
Ketika Auriga membangun camp di Kadut pada tahun 2012, dialah kontraktornya (Camp itu kini telah tiada setelah diterjang rombongan gajah). Tertarik pada aktivitas restorasi yang jauh di tengah hutan, tapi dia tak punya motor untuk sesering mungkin terlibat. Dia lantas minta perkenan ibunya menjual sapi mereka, hanya demi beli motor untuk dipakai ke Kadut. Arum pun bergabung dalam Tim Restorasi Kadut Auriga Nusantara pada tahun 2013.
Kecapakan Arum perihal pertukangan hingga utak-atik mesin kendaraan menjadi aset luar biasa inovasi-inovasi pendekatan di lapangan. Pun kegigihannya, terutama ketika menghadapi kendala tertentu di lapangan.
Pak Surya
Meski merupakan warga yang tinggal di desa pinggiran Way kambas, Pak Surya, 61 tahun, sebelumnya tidak pernah masuk ke dalam hutan taman nasional tersebut. Dia terkesan oleh cerita-cerita Arum mengenai kegiatan restorasi.
Setelah berkonsultasi dengan kyai yang dihormatinya, Pak Surya yang tadinya merupakan juragan penyewaan angkutan setempat menjual alat-alat transportasinya dan lantas bergabung dengan Tim Restorasi Kadut Auriga Nusantara sejak 2014.
Kesenioran Pak Surya, terutama relasinya dengan banyak tokoh setempat, menjadi aset luar biasa bagi tim. Sifatnya yang kalem menjadi penyeimbang bagi Basuki dan Arum yang kerap bak Tom & Jerry.
Lainnya
Banyak nama lain yang menyumbangkan keringat dan gagasan pada Restorasi Kadut, seperti team leader sebelumnya, yakni Wito Dwi Prawiro (2013-2014), Gatot Maulana (2014), dan Fajar Sandhika (2014-2018).
Pun puluhan masyarakat setempat, seperti Endro, Gurit, Tohari, Pendi, Zaini, Joni, Amri, Tarjo, Sahid, Sukris, Purwanto. Ali, Irul, Galih, Bangkit, Budiono, Budi, Wito, Iwan, Nuryanto, Arsyad, dan lain-lain.
Tentu juga banyak petugas Balai Taman Nasional Way Kambas, seperti Handoko, Prapto, ipen, Yudi, Ponidi, Yadi, Prayogo, Asep, Bambang, Sabar, Edi, Aris, Rustanto, Tumino, Muslimin, Ica, Sugianto, dan lain-lain.
Memulihkan ekosistem Way Kambas sehingga menjadi habitat yang aman dan nyaman bagi satwa setempat, seperti gajah, harimau, badak.