Kawasan restorasi Rawa Kadut menurut peta zonasi Taman Nasional Way Kambas masuk dalam zona rehabilitasi, zona rimba dan zona inti. Kawasan rehabilitasi terletak dalam dua hamparan yang dibatasi oleh batas alam yang berupa sungai-sungai kecil. Letaknya yang berada relative di tengah Taman Nasional Way kambas dan kondisi yang relative aman menjadi tempat berbagai jenis satwa tinggal dan melintasi kawasan ini. Perjumpaan dan tanda-tanda aktivitas satwa sangat mudah ditemukan dan diamati di kawasan ini.
Kawasan restorasi Rawa kadut dengan luasan 1.257 Ha, dibagi menjadi 4 blok pengelolaan:
Secara umum metode rehabilitasi dilakukan dengan perawatan permudaan alami dan pengkayaan jenis atau penanaman. Untuk kegiatan penanaman akan mengutamakan zona rehabilitasi, sedangkan blok yang masuk zona rimba dan zona akan mengoptimalkan permudaan alami.
Blok 1 adalah kawasan 100 Ha yang kini sudah menjadi hutan sekunder muda yang ditandai dengan matinya Sebagian besar vegetasi alang-alang sebagai vegetasi dominan dan telah didominasi oleh vegetasi semak belukar dan tanaman perintis tingkat pancang tiang dan pohon. Permudaan alami dilantai cukup rapat dan berkembang.
Kesuksesan restorasi kawasan Rawa Kadut secara otomatis akan mengembalikan fungsi habitat menjadi lebih optimal, memperluas luasan hutan yang ada, dan terbangun koridor-koridor yang akan menyambungkan hutan-hutan yang terfragmentasi oleh area-area terbuka yang relatif rentan bahaya kebakaran.
Kawasan restorasi Rawa Kadut menurut peta zonasi Taman Nasional Way Kambas masuk dalam zona rehabilitasi, zona rimba dan zona inti. Kawasan rehabilitasi terletak dalam dua hamparan yang dibatasi oleh batas alam yang berupa sungai-sungai kecil. Letaknya yang berada relative di tengah Taman Nasional Way kambas dan kondisi yang relative aman menjadi tempat berbagai jenis satwa tinggal dan melintasi kawasan ini. Perjumpaan dan tanda-tanda aktivitas satwa sangat mudah ditemukan dan diamati di kawasan ini.
Kawasan restorasi Rawa kadut dengan luasan 1.257 Ha, dibagi menjadi 4 blok pengelolaan:
Secara umum metode rehabilitasi dilakukan dengan perawatan permudaan alami dan pengkayaan jenis atau penanaman. Untuk kegiatan penanaman akan mengutamakan zona rehabilitasi, sedangkan blok yang masuk zona rimba dan zona akan mengoptimalkan permudaan alami.
Blok 1 adalah kawasan 100 Ha yang kini sudah menjadi hutan sekunder muda yang ditandai dengan matinya Sebagian besar vegetasi alang-alang sebagai vegetasi dominan dan telah didominasi oleh vegetasi semak belukar dan tanaman perintis tingkat pancang tiang dan pohon. Permudaan alami dilantai cukup rapat dan berkembang.
Kesuksesan restorasi kawasan Rawa Kadut secara otomatis akan mengembalikan fungsi habitat menjadi lebih optimal, memperluas luasan hutan yang ada, dan terbangun koridor-koridor yang akan menyambungkan hutan-hutan yang terfragmentasi oleh area-area terbuka yang relatif rentan bahaya kebakaran.
Ada 4 kegiatan silvikultur utama pada kegiatan restorasi Rawa Kadut; persemaian, penanaman, pengayaan jenis, perawatan permudaan alami, perawatan pohon indukan, dan penanggulangan kebakaran dengan mengoptimalkan sekat bakar.
Persemaian bertujuan mempersiapkan bibit yang tangguh untuk kegiatan penanaman. Persemaian dilakukan di dalam kawasan restorasi dimana sumber bibit juga didapat dari hutan di sekitar kawasan restorasi yang merupakan vegetasi asli Way Kambas. Bibit-bibit di persemaian berasal dari biji, stek batang, dan cabutan.
Penanaman dilakukan pada musim tanam yaitu awal musim penghujan. Beberapa uji coba jarak tanam dilakukan di lokasi rawa kadut, namun kedepan dipilih jarak tanam 10x10 meter, dengan catatan memastikan dalam per Ha area akan bertahan hidup minimal 100 batang pohon yang kemudian akan tumbuh menjadi pohon utama. Selain penanaman dari produksi bibit di persemaian, beberapa uji coba penanaman dengan translokasi dan sistem cangkok dilakukan di area restorasi.
Pengayaan jenis merupakan keharusan mengingat Rawa kadut sebagian merupakan zona rimba. Kebakaran dengan intensitas tinggi juga telah mengakibatkan kawasan tersebut tidak memiliki kelimpahan jenis sebaik hutan-hutan yang berada di zona Inti. Area yang didominasi jenis-jenis pionir perlu pengayaan dengan berbagai jenis famili Dipterocarpaceae, Apocynaceae, Clusiaceae, dan Dilleniaceae.
Perawatan permudaan alami merupakan prinsip dasar dari restorasi dimana restorasi adalah usaha mempercepat proses suksesi dengan memberi peran utama regenerasi alami terjadi dengan maksimal. Melindungi kawasan dari ancaman kebakaran adalah salah satu usaha yang dilakukan dalam hal ini. Selain itu pohon-pohon yang dipilih sebagai pohon utama yang akan kemudian menjadi pohon induk akan dirawat dengan baik dimana pohon-pohon tersebut terbebas dari kerusakan terutama oleh kebakaran.
Pada area restorasi Rawa Kadut pembuatan sekat bakar selain tujuan utama adalah untuk penanggulangan kebakaran, juga sebagai usaha untuk menjaga pohon-pohon tingkat semai hingga pancang terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh rusa yang sangat banyak ditemukan di lokasi ini. Rusa selain memakan daun biasanya akan mengasah tanduk pada pancang-pancang yang mengakibatkan kerusakan dan sebagian mati karena terkelupas hingga kambiumnya. Kawanan Rusa biasanya akan berkumpul di sekat-sekat bakar karena rumputan di sekat bakar lebih muda, sehingga kerusakan tanaman pun terminimalisir.
Ada 4 kegiatan silvikultur utama pada kegiatan restorasi Rawa Kadut; persemaian, penanaman, pengayaan jenis, perawatan permudaan alami, perawatan pohon indukan, dan penanggulangan kebakaran dengan mengoptimalkan sekat bakar.
Persemaian bertujuan mempersiapkan bibit yang tangguh untuk kegiatan penanaman. Persemaian dilakukan di dalam kawasan restorasi dimana sumber bibit juga didapat dari hutan di sekitar kawasan restorasi yang merupakan vegetasi asli Way Kambas. Bibit-bibit di persemaian berasal dari biji, stek batang, dan cabutan.
Penanaman dilakukan pada musim tanam yaitu awal musim penghujan. Beberapa uji coba jarak tanam dilakukan di lokasi rawa kadut, namun kedepan dipilih jarak tanam 10x10 meter, dengan catatan memastikan dalam per Ha area akan bertahan hidup minimal 100 batang pohon yang kemudian akan tumbuh menjadi pohon utama. Selain penanaman dari produksi bibit di persemaian, beberapa uji coba penanaman dengan translokasi dan sistem cangkok dilakukan di area restorasi.
Pengayaan jenis merupakan keharusan mengingat Rawa kadut sebagian merupakan zona rimba. Kebakaran dengan intensitas tinggi juga telah mengakibatkan kawasan tersebut tidak memiliki kelimpahan jenis sebaik hutan-hutan yang berada di zona Inti. Area yang didominasi jenis-jenis pionir perlu pengayaan dengan berbagai jenis famili Dipterocarpaceae, Apocynaceae, Clusiaceae, dan Dilleniaceae.
Perawatan permudaan alami merupakan prinsip dasar dari restorasi dimana restorasi adalah usaha mempercepat proses suksesi dengan memberi peran utama regenerasi alami terjadi dengan maksimal. Melindungi kawasan dari ancaman kebakaran adalah salah satu usaha yang dilakukan dalam hal ini. Selain itu pohon-pohon yang dipilih sebagai pohon utama yang akan kemudian menjadi pohon induk akan dirawat dengan baik dimana pohon-pohon tersebut terbebas dari kerusakan terutama oleh kebakaran.
Pada area restorasi Rawa Kadut pembuatan sekat bakar selain tujuan utama adalah untuk penanggulangan kebakaran, juga sebagai usaha untuk menjaga pohon-pohon tingkat semai hingga pancang terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh rusa yang sangat banyak ditemukan di lokasi ini. Rusa selain memakan daun biasanya akan mengasah tanduk pada pancang-pancang yang mengakibatkan kerusakan dan sebagian mati karena terkelupas hingga kambiumnya. Kawanan Rusa biasanya akan berkumpul di sekat-sekat bakar karena rumputan di sekat bakar lebih muda, sehingga kerusakan tanaman pun terminimalisir.
Kegiatan restorasi hutan membutuhkan ketahanan yang luar biasa, para pelaku dan kawasan sama-sama diuji oleh proses alam yang melelahkan dan penuh dinamika. Mungkin di sinilah letak seni dari kegiatan tersebut, dimana melewati waktu dan tahapan-tahapan dengan sekalian belajar dari guru sejati yaitu hutan itu sendiri, dan mengamati perubahan-perubahan tiap hari pada kawasan tersebut. Bagi Pak Surya dan Arum yang menghabiskan kesehariaannya di area terdegradasi tentu selain fisik mentalpun telah tertempa dengan sempurna. Menyemai, merawat, mencatat, menanam, memadamkan kebakaran, masuk hutan mencari biji-bijian, mengecek pertumbuhan tanaman, mengamati satwa-satwa yang melintas, dan masih banyak yang mereka lakukan di keseharian mereka. Hal yang mungkin perlu untuk disampaikan bahwa mereka juga mendesain kawasan itu agar aman dari kemusnahan akibat kebakaran. Tentu setiap hutan memiliki kemampuan untuk memulihkan dirinya dari kerusakan, namun terkadang itu tidak cukup. Alam memerlukan orang-orang seperti mereka yang mau hadir tiap saat untuk alam, menemani bicara dan ada disaat alam membutuhkan keringat, perjuangan , dan pengorbanan. Kali ini mereka bercerita tentang sekat bakar yang mereka buat berkilo-kilo meter temi terlindungnya kawasan itu dari bahaya kebakaran.
Pembuatan sekat bakar sebagai upaya perlindungan pada suatu kawasan dari bahaya kebakaran bisa diperlukan bisa juga tidak tergantung berbagai hal. Karakteristik kawasan, tingkat kerawanan, intensitas kebakaran, penyebab kebakaran, tipe kebakaran, jenis tanah, arah angin, dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi sebuah keputusan pembuatan sekat bakar, tentunya termasuk ketersediaan biaya dan kesiapan staff dan tim untuk merawat sekat bakar tersebut. Tidak semua sekat bakar adalah buatan manusia, sungai, danau, rawa-rawa, dan pematang batas sub daerah aliran sungai, bisa secara otomatis mempunyai fungsi sebagai sekat alami yang menjaga kawasan dari kebakaran. Efektifitas sekat bakar sebagai sarana penanggulangan kebakaran akan obtimal jika didukung oleh adanya tim patrol dan tim pemadaman yang memantau secara rutin ancaman-ancaman kebakaran. Sekat bakar memerlukan perawatan rutin sehingga fungsi sekat bakar tersebut bisa obtimal sepanjang waktu. Dibeberapa tempat sekat bakar dibuat permanen misalnya berbentuk jalan, bahkan jalan tersebut di keraskan dengan diaspal ataupun dibeton.
Efektifitas sekat bakar tentunya akan sangat rendah jika penyebab kebakaran adalag faktor manusia yang dalam hal ini adalah kesengajaan, karena si pembakar akan memilih lahan yang dibakar sesuai kebutuhannya yang bisa dilakukan di dalam ataupun di luar sekat. Kawasan-kawasan berjenis tanah mineral tentunya lebih mudah dalam pembuatan sekat bakarnya dibandingkan dengan jenis tanah organic seperti area bergambut. Pada kawasan bertanah mineral punggung atau pematang yang biasanya berupa batas sub daerah aliran sungai bisa dijadikan garis sekat bakar yang baik. Sedangkan pada kawasan bergambut biasanya mengandalkan sekat bakar alami berupa sungai-sungai kecil mengingat pembuatan sekat bakar di area ini jauh lebih mahal, dimana sekat biasanya berupa kanal , dengan catatan kanal-kanal yang dibuat sebagai sekat tidak menyebabkan pengeringan kawasan yang justru meningkatkan kerawanan.
Rawa Kadut yang merupakan kawasan restorasi dirasa perlu dibuat sekat bakar untuk pencegahan kebakaran. Sekat bakar dibuat diberbagai tempat dengan memperhitungkan ancaman yang akan terjadi. Sekat-sekat ini menambah kekuatan sekat-sekat alami yang berupa sungai-sungai kecil yang ada di kawasan tersebut. Pembuatan sekat dilakukan dengan penebasan rumput dengan menggunakan mesin rumput juga dengan melakukan penggilasan. Mereka membuat alat kusus berupa drum yang diisi semen cor yang di beri as dan tangkai kemudian di Tarik di sepanjang jalur yang dipilih sebagai sekat bakar. Cara ini relative lebih efektif, cepat, dan murah tentunya, namun tetap saja harus dipadukan dengan penebasan dengan mesin rumput.Ternyata sekat-sekat bakar untuk kkasus di Rawa Kadut mempunyai multi fungsi selain pencegahan kebakaran. Sekat sekat ini juga akan memudahkan akses untuk mengawasi kawasan juga mumudahkan untuk kegiatan penanggulangan ancaman. Kawasan Rawa Kadut merupakan habitat berbagai jenis satwa, terutama Gajah dan Harimau sering berkunjung kekawasan tersebut. Rusa tiap hari bisa ditemukan dengan mudah dikawasan itu, dengan adanya sekat bakar ternyata ini juga menjadi lapangan bagi rusa untuk makan dan bermain. Sekat bakar menjadi tempat favorit bagi kawanan rusa karena rumput yang muda. Terkadang sekat bakar yang sering dikunjungi rusa tidak memerlukan perawatan berarti karena selalu bersih rumputnya dan fungsi sekat sebagai pencegah rambatan api jika terjadi kebakaran masih berfungsi dengan baik. Keberadaan sekat bakar ini juga berdampak berkurangnya kerusakan pada pohon-pohon yang ditanam, maupun permudaan alami dari kerusakan yang diakibatkan oleh kawanan rusa. Mungkin karena mereka asik makan sehingga tidak punya cukup waktu untuk mengasah tanduknya di tiang-tiang dan pancang yang tumbuh di area penanaman.
Area Restorasi Rawa Kadut di Taman Nasional Way Kambas seluas 1.257 Hektar yang merupakan areal yang didominasi oleh vegetasi Alang-alang yang sangat rawan terbakar. Luasan area terbuka di taman Nasional Way kambas sekitar 40 % dari luasan keseluruhan. Penyebab kebakaran di Kawasan ini adalah aktifitas perburuan dimana pemburu melakukan pembakaran untuk menarik rusa datang dan memudahkan perburuan, Intensitas kebakaran di Kawasan ini sangat tinggi tidak hanya pada musim kemarau tetapi bahkan terjadi juga pada musim penghujan.
Kegiatan restorasi hutan membutuhkan ketahanan yang luar biasa, para pelaku dan kawasan sama-sama diuji oleh proses alam yang melelahkan dan penuh dinamika. Mungkin di sinilah letak seni dari kegiatan tersebut, dimana melewati waktu dan tahapan-tahapan dengan sekalian belajar dari guru sejati yaitu hutan itu sendiri, dan mengamati perubahan-perubahan tiap hari pada kawasan tersebut. Bagi Pak Surya dan Arum yang menghabiskan kesehariaannya di area terdegradasi tentu selain fisik mentalpun telah tertempa dengan sempurna. Menyemai, merawat, mencatat, menanam, memadamkan kebakaran, masuk hutan mencari biji-bijian, mengecek pertumbuhan tanaman, mengamati satwa-satwa yang melintas, dan masih banyak yang mereka lakukan di keseharian mereka. Hal yang mungkin perlu untuk disampaikan bahwa mereka juga mendesain kawasan itu agar aman dari kemusnahan akibat kebakaran. Tentu setiap hutan memiliki kemampuan untuk memulihkan dirinya dari kerusakan, namun terkadang itu tidak cukup. Alam memerlukan orang-orang seperti mereka yang mau hadir tiap saat untuk alam, menemani bicara dan ada disaat alam membutuhkan keringat, perjuangan , dan pengorbanan. Kali ini mereka bercerita tentang sekat bakar yang mereka buat berkilo-kilo meter temi terlindungnya kawasan itu dari bahaya kebakaran.
Pembuatan sekat bakar sebagai upaya perlindungan pada suatu kawasan dari bahaya kebakaran bisa diperlukan bisa juga tidak tergantung berbagai hal. Karakteristik kawasan, tingkat kerawanan, intensitas kebakaran, penyebab kebakaran, tipe kebakaran, jenis tanah, arah angin, dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi sebuah keputusan pembuatan sekat bakar, tentunya termasuk ketersediaan biaya dan kesiapan staff dan tim untuk merawat sekat bakar tersebut. Tidak semua sekat bakar adalah buatan manusia, sungai, danau, rawa-rawa, dan pematang batas sub daerah aliran sungai, bisa secara otomatis mempunyai fungsi sebagai sekat alami yang menjaga kawasan dari kebakaran. Efektifitas sekat bakar sebagai sarana penanggulangan kebakaran akan obtimal jika didukung oleh adanya tim patrol dan tim pemadaman yang memantau secara rutin ancaman-ancaman kebakaran. Sekat bakar memerlukan perawatan rutin sehingga fungsi sekat bakar tersebut bisa obtimal sepanjang waktu. Dibeberapa tempat sekat bakar dibuat permanen misalnya berbentuk jalan, bahkan jalan tersebut di keraskan dengan diaspal ataupun dibeton.
Efektifitas sekat bakar tentunya akan sangat rendah jika penyebab kebakaran adalag faktor manusia yang dalam hal ini adalah kesengajaan, karena si pembakar akan memilih lahan yang dibakar sesuai kebutuhannya yang bisa dilakukan di dalam ataupun di luar sekat. Kawasan-kawasan berjenis tanah mineral tentunya lebih mudah dalam pembuatan sekat bakarnya dibandingkan dengan jenis tanah organic seperti area bergambut. Pada kawasan bertanah mineral punggung atau pematang yang biasanya berupa batas sub daerah aliran sungai bisa dijadikan garis sekat bakar yang baik. Sedangkan pada kawasan bergambut biasanya mengandalkan sekat bakar alami berupa sungai-sungai kecil mengingat pembuatan sekat bakar di area ini jauh lebih mahal, dimana sekat biasanya berupa kanal , dengan catatan kanal-kanal yang dibuat sebagai sekat tidak menyebabkan pengeringan kawasan yang justru meningkatkan kerawanan.
Rawa Kadut yang merupakan kawasan restorasi dirasa perlu dibuat sekat bakar untuk pencegahan kebakaran. Sekat bakar dibuat diberbagai tempat dengan memperhitungkan ancaman yang akan terjadi. Sekat-sekat ini menambah kekuatan sekat-sekat alami yang berupa sungai-sungai kecil yang ada di kawasan tersebut. Pembuatan sekat dilakukan dengan penebasan rumput dengan menggunakan mesin rumput juga dengan melakukan penggilasan. Mereka membuat alat kusus berupa drum yang diisi semen cor yang di beri as dan tangkai kemudian di Tarik di sepanjang jalur yang dipilih sebagai sekat bakar. Cara ini relative lebih efektif, cepat, dan murah tentunya, namun tetap saja harus dipadukan dengan penebasan dengan mesin rumput.Ternyata sekat-sekat bakar untuk kkasus di Rawa Kadut mempunyai multi fungsi selain pencegahan kebakaran. Sekat sekat ini juga akan memudahkan akses untuk mengawasi kawasan juga mumudahkan untuk kegiatan penanggulangan ancaman. Kawasan Rawa Kadut merupakan habitat berbagai jenis satwa, terutama Gajah dan Harimau sering berkunjung kekawasan tersebut. Rusa tiap hari bisa ditemukan dengan mudah dikawasan itu, dengan adanya sekat bakar ternyata ini juga menjadi lapangan bagi rusa untuk makan dan bermain. Sekat bakar menjadi tempat favorit bagi kawanan rusa karena rumput yang muda. Terkadang sekat bakar yang sering dikunjungi rusa tidak memerlukan perawatan berarti karena selalu bersih rumputnya dan fungsi sekat sebagai pencegah rambatan api jika terjadi kebakaran masih berfungsi dengan baik. Keberadaan sekat bakar ini juga berdampak berkurangnya kerusakan pada pohon-pohon yang ditanam, maupun permudaan alami dari kerusakan yang diakibatkan oleh kawanan rusa. Mungkin karena mereka asik makan sehingga tidak punya cukup waktu untuk mengasah tanduknya di tiang-tiang dan pancang yang tumbuh di area penanaman.
Area Restorasi Rawa Kadut di Taman Nasional Way Kambas seluas 1.257 Hektar yang merupakan areal yang didominasi oleh vegetasi Alang-alang yang sangat rawan terbakar. Luasan area terbuka di taman Nasional Way kambas sekitar 40 % dari luasan keseluruhan. Penyebab kebakaran di Kawasan ini adalah aktifitas perburuan dimana pemburu melakukan pembakaran untuk menarik rusa datang dan memudahkan perburuan, Intensitas kebakaran di Kawasan ini sangat tinggi tidak hanya pada musim kemarau tetapi bahkan terjadi juga pada musim penghujan.
Memulihkan ekosistem Way Kambas sehingga menjadi habitat yang aman dan nyaman bagi satwa setempat, seperti gajah, harimau, badak.